Sejarah Desa

Desa Kasimpa Jaya, yang kini menjadi bagian dari Kecamatan Tiworo Selatan, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan program transmigrasi nasional yang digalakkan oleh pemerintah Indonesia pada era Orde Baru. Cikal bakal desa ini dimulai pada tanggal 20 Maret 1995, ketika sekelompok transmigran dari Pulau Jawa tiba di wilayah yang saat itu dikenal sebagai UPT Kambaara IX.A. Sebanyak 36 kepala keluarga dari Jawa Timur dan 32 kepala keluarga dari Jawa Tengah datang dengan semangat membangun kehidupan baru di tanah yang masih asing.

Para transmigran yang datang kala itu menerima berbagai fasilitas dari pemerintah, seperti rumah sederhana berukuran 6×6 meter, lahan pekarangan dan dua lahan usaha tani, serta jaminan hidup untuk tahun pertama. Meski demikian, kehidupan awal di Kasimpa Jaya tidaklah mudah. Minimnya infrastruktur, alat pertanian yang masih sederhana, serta kondisi alam yang belum sepenuhnya terjamah membuat mereka harus bekerja keras untuk bertahan hidup. Pada periode 1995–2005, rata-rata pendapatan masyarakat masih rendah, berkisar antara Rp200.000 hingga Rp300.000 per bulan.

Namun, semangat dan kegigihan warga transmigran membuahkan hasil. Seiring berjalannya waktu, terutama setelah tahun 2005, masyarakat mulai menunjukkan kemajuan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Lahan pertanian yang subur dan tersedianya aliran sungai menjadi potensi besar dalam mendukung pertumbuhan sektor pertanian. Ditambah lagi dengan kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam secara mandiri, serta mulai diterapkannya teknologi pertanian modern seperti penggunaan traktor dan pupuk organik, Desa Kasimpa Jaya mulai menunjukkan geliat ekonomi yang menjanjikan.

Hingga kini, desa ini dikenal sebagai wilayah pertanian yang produktif. Komoditas utama seperti padi, jagung, nilam, kelapa, jambu mete, dan kakao menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Hasil panen terus meningkat, begitu pula nilai jual produk-produk pertanian. Selain itu, masyarakat juga mulai merambah ke sektor lain seperti perdagangan, pertukangan, dan usaha mandiri lainnya.

Secara demografis, Desa Kasimpa Jaya kini dihuni oleh sekitar 1.881 jiwa, dengan keberagaman etnis yang mencerminkan integrasi sosial yang kuat. Terdiri atas 658 jiwa dari Jawa, 390 dari Bali, 803 dari Muna, dan 30 dari Bugis, kehidupan masyarakat desa ini tumbuh dalam harmoni, menjunjung semangat gotong royong, serta memelihara nilai-nilai kearifan lokal.

Perjalanan panjang Desa Kasimpa Jaya dari kawasan hutan yang sepi menjadi desa yang mandiri dan produktif merupakan kisah sukses pembangunan berbasis transmigrasi. Sejarahnya tidak hanya mencerminkan transformasi sosial-ekonomi, tetapi juga menjadi bukti nyata dari semangat persatuan dan kerja keras dalam membangun masa depan bersama.